+62811-5900-333
lazdpukaltim@gmail.com

tera

37 Anak Beasiswa Juara Diajarkan Memaknai Hari Pahlawan

“Pahlawan itu adalah tanggung jawab. Ketika kalian bertanggung jawab terhadap kewajiban agama, sekolah dan orang tua kalian, maka itu sudah menunjukkan jiwa seorang pahlawan” kata Pak Hasbullah dalam motivasi untuk anak penerima Beasiswa Juara.

37 anak usia SD-SMA menerima Beasiswa Juara yang rutin diberikan setiap tiga bulan sekali oleh LAZ DPU Paser. Program ini merupakan bagian dari pendayagunaan donasi ZIS melalui bidang pendidikan. Penyaluran dilakukan pada hari Ahad, 13 November, bertempat di Musholla SDIT Al Khawarizmi Paser. Dimulai dengan sholat dhuha berjama’ah, para penerima beasiswa selanjutnya dites bacaan Al Qur’an dan cek amaliah harian dan selanjutnya diberikan pengarahan dan motivasi.

Kepala Kantor Perwakilan LAZ DPU Paser, Hasbullah memberikan motivasi kepada para anak dengan momentum Hari Pahlawan agar anak-anak dapat mengambil pelajaran dari perjuangan para pahlawan untuk menjadi motivasi semangat belajar dan bangkit untuk membuat bangga agama, bangsa dan negara.

Program Beasiswa Juara salah satu program unggulan LAZ DPU Kaltim untuk disalurkan kepada para pelajar berprestasi namun dalam kondisi dhuafa. Yuk Salurkan donasi zakat, infaq, sedekah kita untuk menunjang pendidikan mereka. Donasi bisa melalui layanan transfer melalui Bank Syariah Indoneia no. rek 7000700818 a.n Yayasan Dana Peduli Ummat. konfirmasi transfer 08115900333.

Read more

Pelatihan Pengurusan Jenazah di Tenggarong Seberang

[KUTAI KARTANEGARA]. Pengurusan jenazah merupakan salah fardhu kifayah yang harus dikerjakan oleh umat muslim., oleh karena harus disiapkan tim khusus setiap desanya dan siap menjalankan tugas setiap saat jika dibutuhakan jelas K.H. Zainudin Mansyur, ketua MUI Tenggaroing Seberang saat menjadi pemateri dalam Pelatihan Pengususan Jenazah di Desa Kerta Buana.

Program Pelatihan Pengurusan Jenazah digagas oleh LAZ DPU Kaltim dan P.T. Ansaf untuk tim yang sudah ditunjuk masyarakat di empat desa, Bangun Rejo, Embalut, Kerta Buana dan Bukit Pariaman, Kecamatan Tenggarong Seberang. Acara pelatihan dilaksanakan Sabtu, 17/9 bertempat di Masjid Al Ijtihad, Kertabuana. Sebanyak 32 orang mengikuti pelatihan ini dengan harapan, para peserta pelatihan telah siap diterjukan di masyarakat untuk menjalankan fardhu kifayah pengurusan jenazah.

Turut hadir pula dalam acara pelatihan, H. A. R Ambo Dalle, selaku Sekretaris Kecamatan Tenggarong Seberang “terimakasih LAZ DPU atas pelatihan ini. sebelumnya kita memang kekurangan orang yang bisa mengurus jenazah, kasian harus saling tunggu jika ada yang wafat secara bersama karena keterbatasan SDM. Harapannya bisa dilaksanakan di 17 desa se-Tenggarong Seberang” tambah Bapak Ambo Dalle.

Pelatihan ini merupakan salah satu progam pemberdayaan zakat bidang Sosial Dakwah selain pembinaan muallaf dan pelatihan khotib jum’at di empat desa di Tenggarong Seberang. “Kerjasama dengan P.T Ansaf ini merupakan kerja jangka panjang dalam pemanfaatan dana zakat perusahaan, selain bidang sosial dakwah, kami juga membuka program pendidikan dan pembinaan ekonomi untuk warga disini” jelas Rahmadaniah, Manajer Program LAZ DPU Kaltim.

Selain mendapatkan pelatihan, peserta juga mendapatkan sertifikat pelatihan untuk menambah rasa percaya diri dan tanggung jawab agar bisa bermanfaat untuk masyarakat terkhusus di bidang pengurusan jenazah. (AN. red)

Read more

Siaran Pers Forum Zakat

Menyikapi liputan khusus media terkait fenomena pengelolaan dana kedermawanan sosial keagamaan, Forum Zakat selaku asosiasi yang menaungi 196 Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) di Indonesia menyatakan beberapa hal sebagai berikut:

  1. Konstruksi regulasi dan mekanisme pengawasan bagi organisasi pengelola zakat (OPZ) di Indonesia sangat ketat dan rigid. Sesuai dengan Undang-Undang no. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, terdapat mekanisme pengawasan yang berlapis (multi-layer) dan melibatkan pemangku kepentingan yang beragam (multi-stakeholders), seperti Kementerian Agama, BAZNAS, Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan lain sebagainya yang turut meminimalkan potensi penyelewengan dana publik serta peluang Conflict of Interest di dalam tubuh organisasi pengelola zakat.
  2. Forum Zakat menyatakan bahwa mekanisme pengawasan Organisasi Pengelola Zakat terdiri dari pengawasan internal, mencakup audit internal serta pengawas syariah yang terakreditasi oleh Majelis Ulama Indonesia; kemudian mekanisme pengawasan eksternal yang melibatkan audit kepatuhan syariah oleh Kementerian Agama, serta pelaporan rutin per semester kepada BAZNAS. Lebih lanjut, regulasi juga mewajibkan setiap OPZ untuk diaudit oleh Kantor Akuntan Publik dan mempublikasikannya melalui kanal komunikasi yang tersedia.
  3. Forum Zakat menginformasikan bahwa saat ini telah tersusun dan disahkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) bidang pengelolaan zakat sebagai wujud nyata penguatan ekosistem zakat yang menjunjung tinggi transparansi pengelolaan keuangan dan akuntabilitas program serta manajemen organisasi pengelola zakat.
  4. Penggunan alokasi dana operasional OPZ diatur sangat ketat mengacu pada Fatwa MUI No. 8 tahun 2020 tentang Amil Zakat dan Keputusan Menteri Agama No. 606 tahun 2020 tentang Pedoman Audit Syariah yaitu tidak melebihi 1/8 atau 12,5% dari jumlah penghimpunan dana zakat dan 20% dari jumlah dana infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya dalam satu tahun.
  5. Forum Zakat menyatakan bahwa konstruksi regulasi, mekanisme pengawasan, kode etik lembaga, serta standar kompetensi tersebut hanya berlaku bagi organisasi pengelola zakat di bawah payung hukum Undang-Undang no. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Di luar entitas tersebut, payung hukum dan mekanisme pengawasan yang dijadikan acuan berbeda serta tidak menjadi bagian dari ekosistem zakat. Dalam hal ini, Forum Zakat menyatakan ACT (Aksi Cepat Tanggap) bukan bagian dari organisasi pengelola zakat.
  6. Tingkat kepatuhan dan kedisiplinan OPZ terhadap regulasi, mekanisme pengawasan, kode etik, serta standar kompetensi pengelolaan zakat menjadi titik tumpu yang turut menyumbang tumbuh kembangnya kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan dana kedermawanan publik melalui OPZ. Lebih lanjut, hal ini turut mendukung upaya pemberdayaan masyarakat dan pengentasan kemiskinan di pelosok negeri.
  7. Forum Zakat menyatakan bahwa anggota Forum Zakat dalam Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) (2021) turut berkontribusi kepada masyarakat terdampak COVID-19 di 34 provinsi, dengan total penerima manfaat mencapai 3.05 juta jiwa yang terbagi pada 3 (tiga) sektor utama, yaitu sektor UMKM kepada 323,850 jiwa penerima manfaat ekuivalen dengan 32,385 UMKM; sektor Kesehatan yang berkontribusi terhadap 763,570 jiwa penerima manfaat; serta sektor Perlindungan Sosial yang memberikan manfaat kepada 1,969,234 jiwa. Pendistribusian yang dilakukan anggota forum zakat senantiasa mengacu kepada peraturan dan aspek syariah yang ditetapkan Kementerian Agama dan BAZNAS.
  8. Forum Zakat mengapresiasi kepercayaan dan amanah yang dititipkan masyarakat kepada setiap anggota Forum Zakat yang ada. Semoga hal tersebut dapat terus ditingkatkan seiring dengan upaya peningkatan standar organisasi pengelola zakat dan mutu layanan kepada masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Demikian Siaran Pers ini disusun sebagai bahan informasi. Semoga dapat dimuat secepatnya di kanal-kanal kolom media yang ada.

Jakarta, 5 Juli 2022

Informasi lebih lanjut terkait Siaran Pers ini dapat menghubungi narahubung sebagai berikut:

  1. Bambang Suherman – Ketua Forum Zakat Nasional (+62 815-8918-265)
  2. Irvan Nugraha – Sekretaris Umum Forum Zakat Nasional (+62 878-8982-8547)
  3. Agus Budiyanto – Direktur Eksekutif Forum Zakat Nasional (+62 812-1000-783)

Tentang Forum Zakat
FOZ adalah asosiasi lembaga pengelola zakat yang berfungsi sebagai wadah berhimpunnya Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) di seluruh Indonesia. Saat ini FOZ memiliki anggota sebanyak 196 lembaga dari Aceh hingga Papua. Fungsi utama FOZ adalah penguatan kapasitas dan kompetensi pengelola, advokasi, sinergi, serta kolaborasi program-program pengentasan kemiskinan serta pemberdayaan komunitas masyarakat.

Read more

Hukum Menjaga Amanah dalam Islam

Hukum Menjaga Amanah dalam Islam

Jika seseorang menceritakan suatu peristiwa kemudian ia berpaling, maka cerita itu menjadi amanah.” (HR At-Turmudzi dari Jabir bin Abdullah).

Amanah merupakan salah satu sifat mulia yang dimiliki oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ajaran untuk bersifat amanah ini sejalan dengan perintah Allah di surah An Nisa ayat 58 yang artinya:

Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanah kepada orang yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang Memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.

Nabi Muhammad juga pernah bersabda tentang amanah, yang diriwayatkan oleh Ahmad, “Tidak ada iman yang sempurna bagi orang yang tidak memiliki sifat amanah, dan tidak ada agama yang sempurna bagi orang yang tidak menepati janji”.

Lalu, apakah amanah itu? Amanah memiliki arti dipercaya atau terpercaya. Sementara itu, jika dilihat dari sisi aqidah dan syariat agama, amanah adalah segala sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan dan berkaitan dengan orang lain atau pihak lain. Amanah bisa berupa benda, pekerjaan, perkataan, ataupun kepercayaan. Maka, amanah bisa berbentuk apa aja yang nantinya akan dimintai pertanggungjawabannya.

Sebagai contoh, dalam pergaulan sehari-hari, kita sering mendengar cerita dari rekan ataupun sahabat tentang diri mereka dan juga orang lain. Sadar atau tidak, sebenarnya cerita-cerita tersebut menjadi amanah buat kita. Karena dipandang sebagai amanah, itu menjadi rahasia yang harus dijaga. 

Setiap cerita yang sampai kepada kita pada dasarnya semua adalah amanah. Tak hirau apakah itu benar atau salah. Keduanya harus dirahasiakan, dalam arti tidak memberitahukan kepada orang yang tidak berhak untuk mengetahuinya.

Apalagi, jika cerita itu menyangkut hal negatif. Jika cerita itu benar, berarti itu merupakan suatu aib. Tentu, ia akan merasa malu manakala orang lain mengetahuinya. Maka dari itu, kita diperintahkan untuk tidak menyebarluaskan aib saudara kita. Rasulullah bersabda: 

من ستر عورة أخيه المسلم ستر الله عورته يوم القيامة 

Barangsiapa yang menutupi aib saudaranya, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan di akhirat kelak.” (HR Ibnu Majah).

Adapun jika cerita itu tidak benar, berarti itu adalah kebohongan. Membicarakan tentangnya sama saja kita telah menyebarkan berita dusta. Dan, ini adalah bentuk pengkhianatan yang paling besar. Karena, kalau pun benar adanya, ia disebut berkhianat sebab ia menceritakan apa yang seharusnya tidak diceritakan. Apalagi kalau tidak benar adanya. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga bersabda: 

كَبُرَتْ خِيَانَةً أَنْ تُحَدِّثَ أَخَاكَ حَدِيثًا هُوَ لَكَ بِهِ مُصَدِّقٌ وَأَنْتَ لَهُ بِهِ كَاذِبٌ

Khianat terbesar adalah ketika engkau membicarakan saudaramu perkara yang bagimu itu menganggap dirimu jujur, padahal baginya dirimu adalah pembohong.” (HR Bukhari).

Oleh karenanya, untuk menghindari terbuka pintu-pintu dosa dari kesalahan-kesalahan yang diperbuat lidah, lebih baik memilih diam daripada harus terjebak pada dusta. Inilah cara menjaga rahasia tersebut. Dan, orang yang tidak bisa menjaga rahasia, hakikatnya telah terhimpun tiga tanda kemunafikan dalam dirinya. Rasulullah SAW bersabda: 

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

Tanda orang munafik ada tiga; Jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkari, dan jika dipercaya ia khianat.” (HR Bukhari).

Pandangan Islam tentang Amanah

Sebagai umat Islam, kita pasti telah mengetahui bahwa agama kita mengajarkan untuk menjaga amanah yang kita terima dari orang lain. Bahkan, Islam mewajibkan kita untuk memelihara amanah, yaitu dengan bersikap jujur dan bisa dipercaya.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Kamu sekalian pemimpin dan kamu sekalian akan diminta pertanggung-jawabannya tentang apa yang kamu pimpin, imam (pejabat apa saja) adalah pemimpin dan ia akan diminta pertanggungjawabannya tentang apa yang dipimpinnya, dan orang laki-laki (suami) adalah pemimpin dalam lingkungan keluarganya, dan ia akan ditanya tentang apa yang ia pimpin, orang perempuan (istri) juga pemimpin, dalam mengendalikan rumah tangga suaminya, dan ia juga akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya, dan pembantu rumah tangga juga pemimpin dalam mengawasi harta benda majikannya, dan dia juga akan ditanya tentang apa yang ia pimpin.” (H.R. Ahmad, Muttafaq ‘alaih, Abu Daud dan Tirmidzi dari Ibnu Umar)

Dari hadits tersebut, kita mengetahui bahwa semua manusia adalah pemimpin, yang berarti mereka memiliki amanah yang harus dijaga. Jika seseorang terlihat tidak memiliki sesuatu yang dipimpin, setidaknya dia memimpin dirinya sendiri. Artinya, Allah telah memberi amanah untuk menjaga dirinya dari semua hal yang dilarang Allah.

Kemampuan seseorang menjaga amanah merupakan tolak ukur akan usahanya menjalankan perintah Allah subhanahu wa ta’ala dan menjauhi larangannya. Tidak hanya untuk segi ibadah, seseorang yang bersifat amanah juga akan memiliki hubungan yang baik dengan manusia lainnya. Dia akan menjadi bisa dipercaya dan dihormati oleh orang-orang di sekitarnya.

Allah menempatkan amanah sebagai satu akhlak yang memiliki kedudukan sangat special bagi manusia. Bahkan, seseorang yang memiliki sikap amanah bisa menjadi kekasih Allah. Sebaliknya, seseorang yang suka berkhianat sangat dibenci oleh Allah dan akan diperlihatkan kepada seluruh makhluk di hari pembalasan kelak. 

Hal ini tercermin dalam hadis yang diriwayatkan Ibnu Umar, bahwa Rasulullah shalllallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bila Allah menghimpun seluruh makhluk-Nya, dari generasi terdahulu sampai generasi terakhir ketika kiamat ditegakkan, maka kepada mereka yang berkhianat diberikan sebuah bendera sebagai tanda bahwa mereka adalah pengkhianat.” (H.R. Muslim). 

Amanah yang merupakan sifat yang mulia, merupakan sifat yang wajib untuk dimiliki semua muslim. Tidak hanya terkait dengan hubungannya dengan manusia, tetapi juga bersifat amanah terhadap semua yang diberikan Allah. Dalam surah al Anfal ayat 27 Allah berfirman:

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul, dan (juga) janganlah kamu menkhianati amanah yang telah dipercayakan keadamu, sedang kamu mengetahui”.

Tidak hanya itu, dalam surah Al Baqarah ayat 283, juga disebutkan tentang kewajiban bersifat amanah:

“Dan jika kamu sedang dalam perjalanan sedang kamu tidak mendapatkan seorang penulis, maka hendaklah ada barang jaminan yang dipergang. Tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhan-nya. Dan janganlah kamu menyembunyikan kesaksian, karena barangsiapa menyembunyikannya, sungguh, hatinya kotor (berdosa). Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”Wallahua’lam Bisshawab. (hmz)

Sumber: gomuslim

– Kitab Bhulughulmaram, Alquran (Dalam Islam

Read more

Segera Jauhi Medsos Jika Mengalami 5 Hal Ini

Media sosial di era milenial ini bagai sudah menjadi kebutuhan.

Read more

“Sebungkus” Bahagia

 

Program ini memang “kecil, murah dan ringan”, semua jenis profesi sangat mudah untuk turut serta dalam program ini.
 
Program “Kenyangin”, Sebuah program berbagi nasi bungkus kepada para pejuang nafkah keluarga, yatim, dhuafa, panti asuhan, santri pondok, anak rumah Qur’an, penyapu jalanan dan masih banyak lagi yang merasakan manfaatnya
 
 
Tidak sedikit para donatur yang memasak sendiri dari dapurnya, dan lebih banyak lagi yang mempercayakan dananya untuk dikelola oleh amil LAZ DPU untuk memberdayakan mustahik untuk menyediakan nasi bungkus tersebut.
 
 
hingga kini lebih dari 2.000 bungkus yang telah bagikan kepada masyarakat di seluruh cabang LAZ DPU Kaltim, Samarinda, Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Berau, Balikpapan, Paser  
 
 
Terimakasih Kami ucapkan kepada donatur yang telah berpartisipasi dalam sedekah ini, semoga Allah membalas kebaikannya dengan pahala dan rezeki yang berlipat ganda. Aamiin

Terus berbagi hingga ketegihan
#ketagihansedekah

Read more

Manfaat Mengonsumsi Mentimun Secara Rutin

Mentimun sering digunakan tambahan makanan seperti acar atau lalapan.

Read more

Bayi Zulkarnaen masih perlu perawatan

Bayi Zulkarnaen masih perlu perawatan

Read more

Surat al-Kahfi, Fitnah Dajjal, dan Solusinya

 
Surat al-Kahfi, Fitnah Dajjal dan Solusinya
 
 
Banyak hadits-hadits Nabi saw yang menjelaskan keutamaan surat al-Kahfi, antara lain:
 
عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ
 
Dari Abu Darda, dari Nabi saw bersabda, “Barangsiapa menghafal sepuluh ayat pertama surat al-Kahfi maka dia akan dijaga dari Dajjal (HR: Muslim)
 
 
عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : من قرأ سورة الكهف كما أنزلت كانت له نورا يوم القيامة من مقامه إلى مكة و من قرأ عشر آيات من آخرها ثم خرج الدجال لم يسلط عليه
Dari Abu Said al-Khudri, Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa membaca surat al-Kahfi sebagaimana ia diturunkan, maka baginya cahaya pada hari Kiamat dari tempat beridirinya hingga Makkah, dan barangsiapa membaca sepuluh ayat terakhirnya kemudian Dajjal keluar, maka dia tidak akan dapat dikuasainya.(HR: Muslim).
 
عن أبي الدرداء عن النبي ( صلى الله عليه وسلم ) أنه قال ( من قرأ عشر آيات من آخر سورة الكهف عصم من فتنة الدجال )
Dari Abu Darda, dari Nabi saw, bahwa beliau bersabda, “Barangsiapa membaca sepuluh ayat terakhir surat al-Kahfi, maka ia terlindung dari fitnah Dajjal”
 
 
Hampir seluruh nabi mewasiatkan kepada kaumnya untuk berlindung kepada Allah dari fitnah Dajjal, sebab orang yang mengalami zaman Dajjal akan mendapat ujian iman yang begitu berat. Selain hadits-hadits di atas yang berisi pesan agar kita membaca surat al-Kahfi dan terhindar dari fitnah Dajjal, Rasulullah saw pun menyuruh kita membaca doa perlindungan dari fitnah Dajjal pada saat tahiyat akhir dan sebelum salam dalam shalat-shalat kita.
 
Lalu, apa hubungannya fitnah Dajjal (akhir zaman) dengan surat al-Kahfi sebagai benteng perlindungan dari fitnah Dajjal?
 
 
Dalam surat al-Kahfi terdapat empat kisah:
 
Kisah pertama; tentang sekelompok anak muda yang beriman kepada Allah SWT dan hidup di tengah pemerintahan yang zhalim, mereka menawarkan Islam namun ditolaknya, kemudian mereka dikejar-kejar, lalu berlindung di gua (kahfi) dan tertidur selama 309 tahun, kemudian tatkala bangkit kembali, keadaan negeri berubah jauh dari sebelumnya dan penduduknya telah beriman kepada Allah. (ayat 14-18)
 
 
Kisah Kedua, tentang seorang shohibul Jannatain (pemilik dua kebun) yang telah diberi nikmat Allah, namun mengingkari nikmat itu, dan melupakan Allah serta hari kiamat karena terlena dengan harta meskipun sudah diperingatkan saudaranya.(Ayat 32-42)
 
 
Kisah ketiga, Kisah Nabi Musa as dan Khidr, tatkala Nabi Musa ditanya oleh kaumnya, “Siapakah orang paling alim (pintar) di bumi ini?” Musa menjawab bahwa dirinya-lah orang yang paling pintar di dunia. Kemudian Allah mengingatkan nabi Musa as bahwa ada hamba Allah yang lebih pintar dan alim dari dirinya, yang kemudian Musa as pun memohon kepada Allah agar ditunjukkan tempat Khidr yang berada diantara dua pertemuan laut (Majma’ al-bahrain). Namun setelah menuntut ilmu kepada Khidr, Musa as pun tidak tahan dengan sikap Khidr as.(ayat 62-70)
 
 
Kisah keempat, tentang Zulkarnain seorang raja yang adil dan menebarkan kebenaran ke seluruh negeri-negeri, hingga bertemu dengan suatu kaum yang hampir tidak dapat dimengerti bahasanya. Namun meskipun beliau mempunyai kekuasaan dan kemampuan, dalam melaksanakan tugasnya beliau masih tetap meminta pertolongan dari pihak lain karena ketawadhuannya. “maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka” (ayat 95)
 
 
Keempat kisah di atas mengandung pesan bahwa di dalam kehidupan ini terdapat empat fitnah (ujian) utama:
 
Pertama, fitnah atau ujian memegang teguh agama. Dalam memegang teguh agama dan menegakkannya, sering kali mendapat tantangan, terutama dari kaum mapan, seperti para penguasa. Hal iini telah dialami para pemuda al-Kahfi (ashabul Kahfi), namun Allah telah menyelamatkan mereka.
 
Kedua, fitnah atau ujian harta, hal ini di alami oleh salah seorang pemilik kebun seperti yang disebutkan dalam kisah di atas. Dengan hartanya, dia mengingkari Allah, bahkan mengingkari datangnya hari kiamat. Dia berkata: “dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang,” (ayat 38)
 
Ketiga, fitnah atau ujian ilmu, sehingga seseorang sombong dan mengira dirinya paling pintar serta merendahkan pihak lain, sehingga hilang sifat tawadhu’ dan enggan berkumpul menuntut ilmu bersama yang lain. Hal seperti ini pernah terjadi dalam kisah Nabi Musa as dan Khidr.
 
Keempat, fitnah atau ujian kekuasaan. Dengan kekuasaannya seseorang melakukan apa saja yang diinginkannya, menebar fitnah serta berbuat kezhaliman. Hal ini berbeda sekali dengan kisah Dzulkarnain sang raja yang adil dan bijak dan menebar kebenaran serta keadilan.
 
Nah, empat fitnah, atau ujian inilah yang akan terjadi pada saat datangnya Dajjal. Dajjal akan melakukan kezhaliman berupa pemaksaan orang untuk beriman dan beribadah kepadanya serta melupakan Tuhan Allah swt, kemudian memamerkan kemampuannya melakukan sesuatu yang supranatural di luar kemampuan manusia biasa, sehingga manusia mengimaninya. Ini adalah ujian memegang teguh agama (fitnah al-din).
 
 
Dajjal juga sanggup memenuhi permintaan orang untuk menurunkan hujan di suatu kawasan, dan dapat merubah pada pasir tandus menjadi kawasan yang subur dan rindang. Ini merupakan bentuk fitnah harta (fitnah al-maal)
 
Dajjal juga mampu menebar orang-orang yang dapat memberitakan prediksi-prediksi yang akan terjadi sehingga manusia mempercayainya, Ini merupakan bentuk fitnah ilmu pengetahuan (fitnah al-‘ilm)
 
 
Dan dengan kekuasannya Dajjal pun dapat memaksakan kehendaknya kepada seluruh negeri (fitnah al-sulthoh/kekuasaan). Keempat fitnah ini merupakan fitnah yang dahsyat bagi kaum muslimin di setiap zaman dan tempat. Oleh karena itu Rasulullah saw telah memberi peringatan agar kita membaca surat al-Kahfi, mentadabburinya, serta merenunginya, terutama pada empat kisah di atas.
 
Solusi Untuk Empat Fitnah

Jika hadits Nabi saw di atas menyebutkan bahwa membaca surat al-Kahfi dapat melindungi kita dari fitnah Dajjal, maka sebenarnya perintah itu bukan hanya sekedar membacanya, namun juga mentadabburinya serta melaksanakan isinya. Surat al-Kahfi ini, selain menyampaikan empat bentuk fitnah tadi, ia juga menyampaikan empat solusi bagi terhindarnya atau terlindungnya diri kita dari empat fitnah. Empat solusi itu adalah sebagai berikut:

  1. Solusi dalam menghadapi ujian dalam memegang teguh agama (fitnah al-diin) adalah bersahabat dan bergabung dengan kelompok orang-orang shaleh (al-shuhbah al-shalihah). Sebab bagaimana pun juga lingkungan mempunyai peran dalam menjaga keimanan seseorang. Al-Mar-u ‘ala diini kholilihi (seseorang itu tergantung dengan agama temannya). Para Pemuda Kahfi adalah contoh dalam kisah episode mempertahankan keimanan mereka. Perintah bersabar bergaul dengan kelompok orang-orang sholeh ini ditegaskan oleh Allah dalam surat al-Kahfi ini pada ayat 28. وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”
  2. Solusi dalam menghadapi fitnah harta (fitnah al-maal) adalah menghilangkan rasa ketergantungan pada dunia. Hal ini dilakukan dengan dua cara, yakni dengan memahami hakikat dunia bahwa dunia akan cepat hilang, dan dengan selalu mengingat akhirat. Dalam memahami hakikat dunia yang bersifat singkat ini telah dijelaskan dalan ayat 45: وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنزَلْنَاهُ مِنْ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia seperti air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
  3. Solusi dalam menghadapi fitnah ilmu adalah dengan sikap tawadhu, baik kepada Allah maupun kepada guru. Ini dilakukan oleh Musa as saat Khidr mensyaratkan agar Musa bersabar dan tidak banyak bertanya hingga semua dijelaskan. Musa as berkata, قَالَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ صَابِرًا وَلَا أَعْصِي لَكَ أَمْرًا Musa berkata: “Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun”
  4. Solusi menghadapi fitnah kekuasaan adalah sikap ikhlas dan rendah diri dihadapan Allah. Bahwa kekuasan yang dimilikinya haruslah diserahkan kepada Allah, serta meyakini bahwa kekausaan itu adalah amanah yang diberikan Allah swt. Sebagaimana Dzulkarnain dengan segala kekuasaannya masih tetap tawadhu’, dia berkata, قَالَ هَذَا رَحْمَةٌ مِنْ رَبِّي Dzulkarnain berkata: “Ini adalah rahmat dari Tuhanku” (Al-Kahfi: 97)
Namun, yang terpenting dari semua solusi itu adalah adanya gerak da’wah pada setiap elemen masyarakat. Tidak ada satu profesi muslim pun yang diam untuk dakwah dan melakukan amar ma’ruf nahi mungkar. Sehingga jika semua komponen melakukan dakwah dan saling mengingatkan, maka kita akan terhindar dari fitnah Dajjal (baca: fitnah akhir zaman). Hal ini dibuktikan dengan empat tokoh dalam empat kisah yang terdapat dalam surat al-Kahfi ini.
  1. Adanya kaum muda yang terus bergerak berdakwah, bahkan berdakwah kepada raja (di level pemerintahan). (kisah Ashabul Kahfi)
  2. Adanya individu yang berdakwah kepada temannya (kisah dua orang sahabat yang mempunyai kebun)
  3. Adanya guru yang berdakwah kepada muridnya dan bukan sekedar mengajar ilmu (kisah Khidr as dan nabi Musa as)
  4. Adanya pemimpin Negara yang berdakwah kepada rakyatnya (kisah Dzulkarnain)
Semoga kita dapat mengamalkan surat al-Kahfi, baik membacanya,, mentadabburinya serta melaksanakan isinya, sehingga kita terhindar dari fitnah akhir zaman yang semakin berat ini. Amin
 
ditulis oleh : Ustadz M. Jamhuri, Lc.
 

Read more

Simak 10 Tren Lingkungan Kerja Ideal 2021

Simak 10 Tren Lingkungan Kerja Ideal 2021

Read more